Tentang AHa!?

Saya yakin Anda pernah bingung, panik karna belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada di benak Anda.

Dan tiba-tiba tercetuslah jawaban/ide.
Anda berteriak "AHa!?".
Itulah moment "AHa" Anda.
"AHa" adalah keterkejutan yg nikmat.

Semakin banyak "AHa" semakin baik. Artinya, Anda adalah pemikir kreatif yang produktif.

Ada yang menemukan "AHa"nya melalui lamunan, permenungan/dalam diam, melalui suasana yang hiruk-pikuk/di tengah keramaian.
Jadi, momentum "AHa" itu bisa terjadi di mana saja, kapan saja.

Saya bisa menemukan momentum "AHa" di mana saja. Ada yang ketemu saat baca buku/email/majalah/iklan, browsing internet,ikut milis, dengar radio, ngobrol, ikut seminar, nonton tv/film, JJS, dengar musik, menguping pembicaraan orang lain, mandi, menyetir, dsb. Yang jelas, banyak banget.

Anda pun tentunya punya banyak momentum "AHa" seperti saya. Temukan sebanyak mungkin "AHa" Anda. Pasang mata, pasang kuping. Jadilah orang yang peka untuk menangkap momentum "AHa" ini. Bergeraklah, jangan diam saja. Lakukan sesuatu.
Jadikan itu pembuka jalan untuk sukses Anda.

Esensi Ibadah by Franky Sihombing

Di Jakarta ada gempuran - gempuran paradigma – dan ternyata sulit sekali mengubah paradigma, yaitu dari paradigma kebaktian menjadi paradigma kehidupan. Ibadah yang sesungguhnya BUKAN kebaktian. Ibadah yang sesungguhnya adalah kehidupan. Saya akan melengkapi dari sudut pandang yang lain tentang esensi ibadah
1 Timotius 3:16 “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”
Alkitab menyinggung masalah agungnya rahasia ibadah. Setelah kami saling sharing dalam masalah ibadah yang esensi / yang sesungguhnya, ada banyak orang yang tidak siap dengan hal ini. Mereka sudah sangat menikmati pola - pola lama, pola - pola yang punya sisi hiburan, sisi - sisi liturgi / kebiasaan, yang sebenarnya kalau kita mau cek / gali, mereka kebanyakan berkata begini, “Bosen.” Mereka udah capek dengan tiga lagu pelan, tiga lagu cepet, satu lagu pelan lagi yang diulang endingnya, lalu disambung dengan, “haleluya, mari kita menyembah Tuhan,” dan berputar-putar dengan haleluya - haleluya lagi, mari berbahasa roh... dst. Tidak ada sesuatu yang berubah. Tidak ada passion di dalamnya, tidak ada spontanitas. Kita kehilangan itu dalam ibadah. Yang ada hanyalah tata cara / liturgi / kebiasaan – seperti kaset yang diputar. Kita tahu apa yang terjadi dalam ‘ibadah’ (kebaktian). Teman saya pernah bilang, “tidur saja di rumah, lihat jam dinding, kita tahu persis apa yang terjadi di gereja.” Dari tahun ke tahun, itu aja yang terjadi di gereja. Sementara di luar sana, dunia selalu keluar dengan sesuatu yang baru, dunia selalu memperlihatkan sesuatu yang kreatif, yang membuat kita selalu tercengang / merasakan hal-hal yang baru. Gereja kehilangan kreativitas dan spontanitas. Waktu kita memiliki sesuatu yang baru, pemimpin kita akan berkata, “Sesat. Jangan ubah – ubah. Biarkan yang ada tetap ada.” Tapi sebenarnya jemaat yang di dalamnya sudah tidak bisa menikmati lagi.
Alkitab berkata, sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. Agung punya pengertian “maha, dahsyat, sangat luar biasa.” Jadi ibadah itu sebenarnya sangat luar biasa. Dalam seminar – seminar biasanya kita melihat sesuatu yang luar biasa. Tapi begitu kembali ke gereja lokal, kita sering kembali merasa segalanya biasa – biasa saja. Kalau ditanya, dari mana? ‘Dari kebaktian.’ “Ada apa?” ‘Yah, tidak ada apa-apa. Biasa aja. Nyanyi - nyanyi, lalu dikompasin (disodorin kantong kolekte  ), setelah itu ada pendeta khotbah, pengumuman2.’ Bertahun-tahun seperti itu. Agung apaan?
Sesungguhnya agunglah ibadah kita. Ibadah adalah gaya hidup ilahi. Sesungguhnya agunglah rahasia kehidupan ilahi (= ibadah) kita.

Ada 4 hal rahasia dalam ibadah:
1. Dia yang menyatakan diriNya dalam rupa manusia.
Saya lahir di keluarga pantekosta. Lagu yang paling kami sering nyanyikan “Api Pantekosta” atau “Mendidih di Hati.” Kadang bisa sampai 60 kali kata “mendidih” diulang. Semangat banget. Di rumah kami diajarkan tentang asas -asas kekristenan dengan sangat radikal sekali. Harus baca dan hapal ayat – ayat Alkitab. Minggu pagi kami sudah diajar untuk sangat menghormati hari Sabat / kebaktian / ibadah. Diajarin memberi perpuluhan. Uang dibagi, yang ini untuk jajan, yang itu untuk persembahan, jangan diganggu gugat, dsb. Tapi kemudian dari ajaran-ajaran itu semua, kami punya paradigma bahwa ibadah adalah kebaktian di hari Minggu atau bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang terjadi di gedung gereja. Paradigma itu hidup selama berbelas-belas tahun dalam hidup kita. Sampai kita ke ayat 1 Timotius 3:16 ini. (Firman berkata bahwa pada mulanya adalah firman, firman itu bersama-sama dengan Allah, dan firman itu adalah Allah). Ganti kata ‘Dia’ di ayat itu dengan kata firman, maka ibadah akan berarti seperti ini, “firman yang telah menyatakan diri / menjadi nyata / menjadi realita dalam rupa / kehidupan manusia.” Apa yang membuat kita capek di gereja? Sederhana. Kita tidak pernah melihat firman yang menjadi kehidupan di dalam manusia. Padahal ibadah adalah pada saat kita bisa menikmati firman lewat kehidupan manusia.
Masih ingat tentang kisah gambar Yesus di tembok rumah di Jalan Keramat? Saudara lihat betapa bersukacitanya orang Kristen? Itu bodoh. Mengapa muka Yesus yang ada di tembok? Padahal kalau orang melihat Yesus, bukan di tembok, dong. Harusnya Yesus dilihat di dalam diri saya dan saudara. Yang bego, bikin kebaktian, lagi di situ. Apa bukan penyembahan berhala itu, sampai nangis - nangis segala. Kampungan banget. Yesus pasti punya rencana menampakkan gambarNya di jalan Keramat. Yang jelas bukan untuk membuat rumah itu menjadi objek wisata. Tuhan Yesus mungkin ingin berhadapan dengan yang punya rumah atau orang-orang yang ada di sekitar situ. Bukan untuk jadi tempat wisata, orang – orang dateng, bikin kebaktian, doa puasa, sambil lihat gambar Yesus di tembok. Kalau saya jadi Tuhan, saya akan bilang, “kurang ajar semua ini kamu. Waktu Aku di dalam hatimu, kamu nggak ngapa-ngapain, buat dosa terus, tapi begitu Saya ada di tembok, kamu panik.”
Bagian tersulit dari firman Tuhan, bukan mendengarkannya, karena kita selalu punya waktu untuk datang mendengar firman Tuhan, terutama di hari-hari ‘sakti’ (Minggu). Di hari ‘Sakti’ itu kita biasa datang ke gedung gereja mendengarkan firman. Sebagian orang berpikir, ibadah adalah mendengarkan firman Tuhan. Mendengarkan adalah bagian termudah. Ternyata ada bagian tersulit, yaitu melakukan firman Allah. Itu yang sebenarnya Tuhan mau. Firman Allah menjadi kenyataan dalam kehidupan manusia. Di kebaktian seringnya kita bilang “yes, amen,” tapi tidak pernah melakukan firman. Inilah yang dunia nantikan: Firman Allah menjadi kenyataan dalam kehidupan manusia. Dunia tidak haus khotbah. Dunia tidak haus selebriti rohani. Dunia haus akan kebenaran yang menjadi nyata dalam hidup manusia. Itulah ibadah.

2. Dibenarkan di dalam Roh.
Ibadah adalah hidup yang dibenarkan di dalam Roh. Ibadah adalah hidup yang menjadi benar, karena dipimpin oleh Roh. Percayalah, kalau kita tidak pernah dipimpin oleh Roh, hidup kita tidak akan pernah menjadi benar. Alasannya sederhana. Dia adalah Allah yang tahu segala sesuatu, Dialah Allah yang Alfa dan yang Omega, dari awal sampai akhir, Dia merencanakan segala sesuatu dalam hidup saudara secara sempurna, dan jangan lupa, Dialah yang menyempurnakan hidup saudara dan saya dalam perjalan kehidupan kekristenan. Jadi tanpa pimpinan Roh Kudus, kita tidak akan pernah sampai pada kesempurnaan kehidupan, karena kita ini tidak punya pengetahuan apapun. Kristus yang ada di dalam kitalah yang punya pengetahuan akan segala sesuatu. Dipimpin oleh Roh Kudus bukan suatu hal yang mudah, karena itu berarti kita berkata seperti Paulus, hidupku bukannya aku lagi tetapi Kristus yang ada di dalamku. Hidup kita akan diwarnai oleh keputusan - keputusan yang datang dari Takhta-Nya, bukan datang dari pribadi kita sendiri. Itu tidak gampang. Untuk orang – orang yang tidak haus pencapaian, mungkin tidak terlalu sulit. Kalau udah begini, ya emang mau diapain. Tapi untuk orang - orang yang sangat pintar / kaya, sulit untuk masuk dalam tuntunan Roh Kudus. Kenapa? Karena kebanyakan orang - orang yang berada dalam area nyaman, mereka sudah merasa tidak terlalu butuh pertolongan Tuhan.
Kalau sudah berbicara tentang keputusan - keputusan, kita jadi sangat kafir – tanpa sadar, kita tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Alkitab mengatakan, hidup kita menjadi benar oleh pimpinan Roh Kudus. Allah punya gelar ‘Maha Tahu’ (Mazmur 139:16 – hari-hari hidup kita sudah ditulis di bukunya Tuhan. Tuhan sudah membuat skenario hidup kita). Apa yang bisa membuat hidup kita dan skenario dari Tuhan bisa sama adalah kalau kita minta dipimpin atau dituntun. Untuk itu dibutuhkan komunikasi dari hari ke hari.
Pernahkah saudara berpikir mengapa Adam ada di taman Eden? Kalau saya jadi Tuhan, saya akan buat Taman Eden sedemikian aman supaya tidak ada sesuatupun yang mengganggu hubungan Tuhan dengan Adam tapi toh Tuhan menempatkan satu pohon yang menjadikan taman Eden sedemikian kurang aman. Ngapain Tuhan menempatkan satu pohon yang buahnya tidak boleh dimakan oleh Adam? Tuhan mengatakan kalau kamu makan buah itu, kamu akan mati. Ini kan berarti Tuhan membuat kemungkinan Adam bisa berbuat sesuatu yang salah di mata Tuhan yaitu kalau dia makan buah itu. Yesus punya skenario yang sangat matang. Yang Tuhan inginkan adalah kehidupan yang terjalin, bukan hubungan robot. Dia sengaja menaruh pohon itu supaya nantinya Adam tetap punya komunikasi dengan Tuhan. Karena begini. Pada saat kamu memakan buah ini kamu akan mati, bukan secara fisik. Iblis bilang begini, “kamu tidak akan mati, kamu cuma akan tahu yang baik dan yang jahat.” Kenapa Tuhan tidak mau Adam makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat? Karena pengetahuan akan membuat manusia kehilangan komunikasi dengan Tuhan. Udah tahu, ngapain perlu komunikasi? Apa yang membuat kita bertanya kepada seseorang? Ketidaktahuan. Apa yang membuat kita berpikir tidak perlu bertanya? Pengetahuan. Tuhan menginginkan sebuah hubungan yang sangat dekat dan komunikasi. Tuntunan datang dari komunikasi. Ngawur untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak bisa bicara dengan kita. Tuhan hidup. Manusia makhluk hidup. Setiap makhluk hidup pasti bisa berkomunikasi.
Kemungkinan besar, banyak konflik / problem yang kita alami sehari-hari adalah produk / hasil hidup kita yang tidak dipimpin oleh Tuhan. Keputusan yang kita ambil sendiri sering membuahkan konflik. Coba kita tunggu Tuhan memutuskan buat kita. Tuhan tahu yang terbaik buat kita kan? Saya sering bilang, Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita Sok Tahu.
Kita akan diberikan kepekaan untuk mendengar tuntunannya. Tuntunannya berupa suara yang lembut, yang keluar dari hati nurani saudara. Kalau keputusan diambil tanpa tuntunan Tuhan, ada perasaan tidak enak di hati. Tuhan tertarik untuk dilibatkan dalam setiap aspek kehidupan saudara, bahkan untuk dilibatkan dalam hal-hal yang sangat sederhana.

3. Allah yang menyatakan diriNya di hadapan malaikat-malaikat  Keintiman dengan Allah dalam penyembahan.
Waktu Allah menyatakan diriNya di hadapan malaikat-malaikat, malaikat-malaikat itu akan sujud menyembah kepadaNya. Jadi esensi ibadah yang ketiga adalah penyembahan. Kalau kita pelajari lebih dalam, pujian dan penyembahan bukan hanya diekspresikan dengan lagu-lagu. Tarian itu ekspresi penyembahan. Bersorak-sorai itu juga penyembahan. Tidak perlu alat musik. Waktu bangun pagi dan kita berteriak, “Tuhan, Engkau dahsyat!” itupun penyembahan. Penyembahan dalam roh sering ditafsirkan menyembah dalam roh. Siapa yang ngajarin? Itu pelajaran tempo doeloe yang seharusnya sudah tidak ada lagi dalam paradigma yang baru. Menyembah dalam roh pengertiannya adalah menyembah dalam tuntunan roh. Bisa jadi Roh menuntun kita untuk berbahasa roh. Tapi itu bukan satu-satunya menyembah dalam roh. Jadi waktu Roh menuntun kita untuk berdiam diri, itupun menyembah dalam Roh. Menyembah dalam bahasa aslinya berarti mencium (Proskuneo). Harusnya dari bahasanya saja kita tahu bahwa penyembahan bukan cuma sekedar ekspresi fisik, tapi lebih kepada sikap hati. Pernah membayangkan mencium? Mencium adalah sebuah ekspresi termahal; paling private / pribadi. Kita tidak sembarangan memberikan ciuman. Kalau sembarangan itu berarti anda terlalu murah. Ciuman hanya kita berikan pada seorang pribadi yang sangat istimewa bagi kita. Jadi penyembahan berbicara tentang seberapa istimewanya / dekatnya kita dengan Yesus. Kalau nggak, sori, itu cuma akting doang. Kadang - kadang kita terjebak dengan semangat, karena musiknya bagus, karena melihat anak-anak muda yang dipakai Tuhan, band-nya keren, sound systemnya cool, jadi semangat, seolah-olah kita tenggelam di dalam hadirat Tuhan. Tunggu dulu. Hadiratnya siapa itu? Hadirat band. Penyembahan sifatnya sangat pribadi. Hanya antara kita dengan Allah. Penyembahan juga punya sifat dua arah. Saya menyatakan rasa cinta saya kepada Yesus, pada saat yang sama, Yesus menyatakan rasa cintaNya pada saya. Saya memeluk Tuhan dalam penyembahan, Tuhan juga memeluk saya. Saya mencium Tuhan dalam hadiratNya, Tuhan mencium saya dalam hadiratNya. Dua arah sifatnya. Sering dulu kita menyembah sambil berteriak, “Tuhan, puaskan saya.” Sebenarnya Tuhan juga sedang berkata, “Puaskan Aku juga!” Tuhan dipuaskan dengan penyembahan, dengan ciuman penyembahannya kita. Harusnya keintiman dengan Tuhan ini adalah sebuah kehidupan, bukan liturgi / kebiasan / tradisi / metode yang diulang-ulang.

Menurut saya ada 2 hal penting dalam penyembahan yang sudah tersirat dari penjelasan saya tadi:
(1) kreativitas
(2) spontanitas.
Dua hal ini yang bisa berguna untuk mengecek apakah kita sudah menyembah dengan benar atau belum. Sebenarnya ada satu hal lagi yang penting dalam penyembahan: ada nilai romantisme di dalamnya. Menggambarkan sebuah robot mencium itu susah. Jangan lupa, Tuhan Yesus akan menjemput kita nanti sebagai mempelai.

4. Diberitakan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah  Penginjilan
Penginjilan adalah ibadah. Penginjilan sangat berkaitan dengan misi. Misi pasti bicara tentang jiwa-jiwa. Kita semua punya tujuan yang sama: jiwa-jiwa, bukan denominasi. Menginjil adalah sebuah karunia [jawatan], tapi saya yakin setiap orang percaya punya kapasitas / dipanggil untuk menginjil. Menginjil bukan berkhotbah. Tidak semua orang bisa berkhotbah. Menginjil sebetulnya menceritakan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Sederhana sekali. Waktu Yesus di dunia, Ia menceritakan Bapa dan rencana-rencanaNya dalam hidup sehari-hari. Yesus nggak banyak ngomong. Yesus banyak melakukan. Itu bedanya Yesus dengan kita. Kita kebanyakan ngomong. Dalam Matius, Markus, Lukas, Yohanes, lebih banyak diceritakan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang dikhotbahkan Yesus. Inilah yang Yesus inginkan dalam penginjilan kita: lebih banyak bertindak daripada berkhotbah. Cerminkan Kristus dan itulah penginjilan yang terbaik. Warna yang paling kentara dalam penginjilan oleh Yesus adalah nilai sacrifice (pengorbanan). Di manapun anda berada / bekerja, coba investasikan nilai berkorban dalam hubunganmu. Kalau nggak ada nilai dalam berkorban dalam hubunganmu, jangan ngomong penginjilan. Kalau ngomong tentang berkorban, pasti ada yang sakit. Namanya saja berkorban. Tapi bukan berarti korban konyol yang tidak berhikmat. Ketemu orang pakai serban, “Bapak harus percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat,” ... ya ditonjok! “Wah, saya berkorban,” kamu bilang. “Bukan,” Roh Kudus bilang, “kamu bego.” Kalau dalam hati saudara ada dorongan untuk memberitakan kabar baik, lakukanlah dengan cara yang halus dan bijaksana. Minta Roh Kudus menuntun kita berkata-kata. Kalau kamu selalu ketemu dengan orang itu, di tempat kerja atau di manapun juga, pakailah cara persahabatan. Kalau pakai cara langsung, maka pertemanan kita akan putus tiba-tiba. Pemberitaan yang langsung / kasar, itu akan membuat tembok buat temen yang kita punya beban buat dia. Jadi pelan-pelan aja. Gaul aja. Membawa orang pada Kristus itu bukan masalah pindah agama, tapi iman. Nilai lain yang harus ada dalam penginjilan adalah: mementingkan orang lain lebih dari dari mementingkan diri sendiri. Penuhi segala kebutuhannya semampu saudara. Dia butuh teman bicara, jadilah teman bicara. Dia butuh tempat pelampiasan uneg - uneg, jadilah tempat pelampiasan uneg - uneg. Dia butuh uang, selama anda mampu, bantulah dia. Masih ingat Yesus memberi makan 5000 orang? Waktu orang - orang itu kelaparan, Yesus tahu kebutuhan mereka bukan berdoa, tetapi makan. Kalau Tuhan pertemukan seseorang, pasti ada maksud. Mungkin dia butuh uang untuk sekolah. Kalau saudara punya uang berlebih, ya berikan kepadanya.

5. Iman
Apakah dari kelima hal di atas ada hubungannya dengan gedung gereja? Pujian dan penyembahan secara musikal? Khotbah seorang pendeta? Ibadah bukan sesuatu yang terjadi di dalam gedung. Ibadah terjadi di luar gedung. Inilah essensi ibadah. Anda tidak akan repot dengan latihan - latihan band, dengan susunan acara. Ibadah adalah kehidupan yang terus menerus mengalir dalam komunitas. Ibadah adalah suatu hal yang sangat dinanti-nantikan oleh dunia.

Tidak ada komentar: