Tentang AHa!?

Saya yakin Anda pernah bingung, panik karna belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada di benak Anda.

Dan tiba-tiba tercetuslah jawaban/ide.
Anda berteriak "AHa!?".
Itulah moment "AHa" Anda.
"AHa" adalah keterkejutan yg nikmat.

Semakin banyak "AHa" semakin baik. Artinya, Anda adalah pemikir kreatif yang produktif.

Ada yang menemukan "AHa"nya melalui lamunan, permenungan/dalam diam, melalui suasana yang hiruk-pikuk/di tengah keramaian.
Jadi, momentum "AHa" itu bisa terjadi di mana saja, kapan saja.

Saya bisa menemukan momentum "AHa" di mana saja. Ada yang ketemu saat baca buku/email/majalah/iklan, browsing internet,ikut milis, dengar radio, ngobrol, ikut seminar, nonton tv/film, JJS, dengar musik, menguping pembicaraan orang lain, mandi, menyetir, dsb. Yang jelas, banyak banget.

Anda pun tentunya punya banyak momentum "AHa" seperti saya. Temukan sebanyak mungkin "AHa" Anda. Pasang mata, pasang kuping. Jadilah orang yang peka untuk menangkap momentum "AHa" ini. Bergeraklah, jangan diam saja. Lakukan sesuatu.
Jadikan itu pembuka jalan untuk sukses Anda.

Kado Natal 2

Di segmen berikutnya, ada seorang anak kecil yang berperan sebagai gembala meletakkan sebuah boneka bayi di palungan bersama sebuah boneka lain yang melambangkan bayi Yesus. Seketika itu teman-temannya bertanya kepada anak kecil tersebut, "Mengapa engkau letakkan sebuah bayi lagi di palungan ini? Bukankah seharusnya hanya ada bayi Yesus saja?" Anak kecil ini dengan lugu menjelaskan, " Saya ingin memberikan hadiah buat Yesus. Tapi aku tidak punya apa-apa. Aku tidak punya uang untuk beli kado. Aku tidak tidak punya mainan. Aku tidak punya sesuatu. Lalu aku berkata pada bayi Yesus, aku tidak punya apa-apa, tetapi aku bisa menemanimu, dan menghangatkanMu. Dan rasanya Yesus tidak keberatan jika aku bersamaNya dalam satu palungan menemani dan menghangatkanNya"

Semangat untuk memberi pada hari Natal biasanya diungkapkan banyak umat di beragam dunia dengan tradisi saling memberi kado. Saudara dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Saudara tidak dapat mengasihi tanpa memberi. Namun, sesungguhnya "bayi Yesus" tidak hanya menginginkan para pengikutNya sekedar memberi kado atau parcel yang bernilai beberapa ribu, bahkan jutaan untuk relasi bisnis. Kadangkala natal bagi Kristen tak lebih dari sebuah pesta tahunan yang sarat dengan kemewahan, penuh gebyar dan semarak. Lupa bahwa Natal harusnya menyentuh relung hati kita, "Apakah yang sudah kita persembahkan bagi Tuhan?" Uang untuk menutup anggaran ibadah (pesta) natal, lalu apa gunanya menjadi donatur terbesar yang membuat orang berdecak kagum karena sumbangan kita sementara ada orang yang samp Natal dengan hura – hura. Bandingkan dengan para majus yang memiliki tekad yang kuat untuk mempersembahkan mas, kemenyan dan mur. Para gembala mempersembaai meninggal gara-gara mengantri dana kompensasi BBM? Kesibukan mempersiapkan, merancang acara yang spektakuler yang menyita banyak waktu kita? Di tengah kondisi bangsa seperti ini, alangkah keji, biadab dan egosentrisnya kita jika kita menggelar pestahkan ketaatannya untuk datang dan menyembah. Ia lebih suka kita mempersembahkan hidup kita kepadaNya (Rom 12:1)

-- cerita ilustrasi diambil dari : renungan harian dan bonus handbook "Spirit" edisi Desember 2005, karangan Petrus Kwik, Solo --

Tidak ada komentar: